Pandhito Durno : “Wong edan, pancen kurang ajar tenan sampeyan di Cuni, sirah je di adu karo maijan, yo benjot kabeh sirahku”
Patih Sengkuni : “Lho pripun wakne Durna, jelas kula niat apik nulungi panjenengan seko amuking antarejo, yan panjenengan ora tak slametke...ajurr sampeyan”
Pandhito Durno : “Prek!!! Nulungi opo malah nggawe ajur awakku, yen niat nulungi golek dalan sing alus tho....ora diseret lewat tengah kuburan, yo onone mung sirahku sing ajuur...mendhing dipolo onto seno wae. Ora janjane sampeyan kuwi arep nulungi opo arep miloro, di cuni??
Kabupaten Kulonprogo terletak di bagian barat Provinsi DIY. Sebagian wilayah Kabupaten Kulonprogo adalah wilayah pegunungan, terutama untuk wilayah bagian utara yaitu wilayah pegunungan Menoreh. Pegunungan Menoreh ini juga menjadi inspirasi bagi SH Mintardja dalam pembuatan cerita Api di Bukit Menoreh yang dimuat di Kedaulatan Rakyat. Sedangkan untuk wilayah selatan merupakan wilayah pantai Samudera Indonesia atau yang lebih dikenal dengan pantai Glagah dan pantai Congot. Daerah ini terkenal dengan buah semangkanya. Setiap musim semangka pasti akan banyak terlihat warung-warung disepanjang jalan yang menjual buah semangka terutama di jalur utama Jogja-Jakarta tepatnya disepanjang jalan wates. Selain itu pula di Kulonprogo juga terkenal lewat makanan khasnya yaitu geblek. Bahkan kelompok CSGK (Campursari Gunung Kidul) yang digawangi oleh Manthous pernah menelorkan lagu campursari yang berjudul “Geblek Kulonprogo”.
Selain terkenal dengan makanan khasnya Kulonprogo juga dikenal lewat seni budayanya terutama kesenian angguk. Kesenian Angguk ini merupakan suatu kesenian yang berupa tari-tarian yang diselingi oleh pantun-pantun. Namun yang paling fenomenal dari Kulonprogo adalah terdapat seorang dalang yang sangat mumpuni dalam memainkan wayang, yaitu Ki Hadi Sugito.
Ki Hadi Sugito adalah seorang dalang yang berasal dari Toyan, Wates, Kulonprogo. Beliau terkenal sebagai dalang yang humoris. Dalam dialognya senantiasa menyelipkan kata-kata khas humor Jawa, baik ketika dalam suasana yang demikian agung seperti suasana pertemuan raja dengan para petingginya, suasana perang, bahkan adegan di kahyangan bisa dibuat bercanda oleh Ki Hadi Sugito. Seperti petikan dialog diatas yang diambil dalam suasana perang antara pendeta Durna dengan Antasena. Dalam dialog tersebut digambarkan Pendeta Durna sedang dihajar oleh Antasena, kemudian Pendeta Durna ditolong oleh Patih Sengkuni. Namun Patih Sengkuni dalam menolong Pendeta Durna bukan dibopong atau digendong melainkan diseret melewati kuburan yang banyak batu nisannya, mengakibatkan kepala Pendeta Durna benjol semua. Kemudian terjadi dialog tersebut dimana dalam dialog tersebut Pendeta Durna mengeluarkan kata umpatan “prek” begitu mendengar penjelasan Patih Sengkuni mengenai sebab musabab Patih Sengkuni menyeret Pendeta Durna melewati kuburan.
Itu salah satu ciri khas Ki Hadi Sugito dalam melakonkan dialog wayang. Kata-kata prek, gambleh, dengkulmu mlocot, dalam pewayangan pasti keluar ketika terjadi dialog antar wayang. Dengan pola mendalang tersebut Ki Hadi Sugit banyak yang mengkritiknya. Banyak yang mengatakan hal tersebut kurang tepat momennya kalau diucapkan khususnya pada saat momen pertemuan Agung di Kraton ataupun pada saat dialog di Kahyangan.Ciri khas lain yang tidak dipunyai oleh dalang yang lainnya adalah seorang Ki Hadi Sugito mampu membikin setiap adegan begitu hidup. Wayang kulit yang hanya berupa lembaran ukiran berbahan kulit, ditangan Ki Hadi Sugito bisa bebitu hidup nuansanya. Dan dialognya tidak kaku sehingga para pendengar ataupun penonton seolah-olah terbawa masuk ke dalam arena yang diperankan oleh wayang itu. Kata-katanya mudah dipahami dan dicerna oleh para penonton yang menontonnya ataupun para pendengar radio.
Kemudian dalam berdialog antar wayang, suara dasar atau suara asli Ki Hadi Sugito tidak tampak sama sekali. Ki Hadi Sugito mampu menghadirkan suara atau vokal yang sangat pas dengan karakter dan bentuk wayang sehingga suasananya semakin hidup. Dengan kata lain, suara antara wayang yang satu dengan yang lain sangat berbeda sesuai karakter wayang tersebut. Misalnya, suara seorang Gareng yang cempreng, atau Bagong yang bibirnya ndower, bisa dihadirkan oleh Ki Hadi Sugito dengan suara yang berbeda, tanpa suara asli Ki Hadi Sugito keluar. Banyak dalang yang lain ketika melakonkan adegan dialog suara dasarnya masih bisa tampak. Rupanya ini merupakan anugerah dari sang Kuasa yang memberi Ki Hadi Sugito dengan kelebihan dalam berolah vokal sehingga mampu mengeluarkan suara yang pas sesuai dengan karakter wayang.Para kawula muda juga menyenangi lakon wayang yang dibawakan oleh Ki Hadi Sugito. Sehingga ada sebuah ungkapan yang menyatakan bahwa Ki Hadi Sugito adalah dalangnya para kawula muda karena yang suka akan pola permainannya rata-rata kawula muda. Sedang untuk golongan tua banyak yang kurang sreg dengan cara mendalang Ki Hadi Sugito.
Saat ini Ki Hadi Sugito telah meninggalkan dunia fana ini menuju kealam kelanggengan. Namun jasa-jasanya dalam jagad pewayangan akan senantiasa dikenang baik itu oleh yang pro ataupun kontra dalam jagad pedhalangan. Ki Hadi Sugito adalah salah seorang pelopor yang membuat anak muda bisa menyenangi akan wayang dengan kekhasan beliau dalam mendalang.
Termasuk penulis ini, mulai menyenangi wayang berawal mula dari ketidaksengajaan. Sebelumnya sih memang sudah sering dengar wayang terutama kalau pas tidur ditempat eyang... pasti yang didengarkan wayang. Namun belum ngeh waktu itu, mungkin belum dapat soulnya kali ya... dikatakan tidak sengaja karena pada waktu itu lagi belajar untuk menghadapi ulangan... dengan sistem SKS (sistem kebut semalam). Pas lagi putar-putar tuner radio untuk mencari lagu yang enak, malah ketemu acara wayang yang sedang dalam dialog goro-goro. Pas didengerin kok lucu, dan bahasanya juga bisa dipahami asyiik juga nih. Timbul kemudian rasa ingin tahu siapa dalang yang memainkan wayang tersebut. Biasanya pas selingan iklan ada suatu penghantar dari operator yang menyebutkan judul lakon yang dimainkan dan siapa dalangnya. Ketika operator menyebutkan siapa dalangnya ternyata dalangnya adalah Ki Hadi Sugito. Sejak itulah kemudian senantiasa mengikuti terus cerita wayang, terutama yang dimainkan oleh Ki Hadi Sugito.
Memang awalnya juga kesulitan mengikuti alur cerita maupun memahami isi cerita yang disampaikan. Namun lama kelamaan akhirnya bisa juga memahami maupun mengikut alur cerita wayang yang didengarkan. Bahkan setiap ada pertunjukkan wayang dengan dalang Ki Hadi Sugito selalu menontonnya. Ada juga kenangan yang tidak terlupa, yaitu ketika nonton pertunjukkan Ki Hadi Sugito di depan Gedung BI dalam rangka peresmian gedung baru. Ketika sudah sampai di lokasi pertunjukkan tempat duduk sudah penuh semua baik yang di depan ataupun di belakang layar. Karena keadaan memaksa akhirnya duduk bareng bersama wiyaga (tukang tabuh gamelan) alias duduk di panggung pertunjukkan. Sebenarnya agak khawatir juga duduk di panggung takut di usir oleh satpam, tapi akhirnya kekhawatiran itu hilang karena tidak diusir oleh satpam, bahkan malah bisa makan enak bareng wiyaganya. Padahal penonton yang lain tidak mendapatkan snack , hanya khusus untuk tamu VIP sama dalang dan wiyaga.
Itulah sedikit gambaran tentang Ki Hadi Sugito dalang kondang yang berasal dari Toyan, Kulonprogo. Semoga tulisan ini bisa mengingatkan kembali akan kehebatan Ki Hadi Sugito.
Patih Sengkuni : “Lho pripun wakne Durna, jelas kula niat apik nulungi panjenengan seko amuking antarejo, yan panjenengan ora tak slametke...ajurr sampeyan”
Pandhito Durno : “Prek!!! Nulungi opo malah nggawe ajur awakku, yen niat nulungi golek dalan sing alus tho....ora diseret lewat tengah kuburan, yo onone mung sirahku sing ajuur...mendhing dipolo onto seno wae. Ora janjane sampeyan kuwi arep nulungi opo arep miloro, di cuni??
Kabupaten Kulonprogo terletak di bagian barat Provinsi DIY. Sebagian wilayah Kabupaten Kulonprogo adalah wilayah pegunungan, terutama untuk wilayah bagian utara yaitu wilayah pegunungan Menoreh. Pegunungan Menoreh ini juga menjadi inspirasi bagi SH Mintardja dalam pembuatan cerita Api di Bukit Menoreh yang dimuat di Kedaulatan Rakyat. Sedangkan untuk wilayah selatan merupakan wilayah pantai Samudera Indonesia atau yang lebih dikenal dengan pantai Glagah dan pantai Congot. Daerah ini terkenal dengan buah semangkanya. Setiap musim semangka pasti akan banyak terlihat warung-warung disepanjang jalan yang menjual buah semangka terutama di jalur utama Jogja-Jakarta tepatnya disepanjang jalan wates. Selain itu pula di Kulonprogo juga terkenal lewat makanan khasnya yaitu geblek. Bahkan kelompok CSGK (Campursari Gunung Kidul) yang digawangi oleh Manthous pernah menelorkan lagu campursari yang berjudul “Geblek Kulonprogo”.
Selain terkenal dengan makanan khasnya Kulonprogo juga dikenal lewat seni budayanya terutama kesenian angguk. Kesenian Angguk ini merupakan suatu kesenian yang berupa tari-tarian yang diselingi oleh pantun-pantun. Namun yang paling fenomenal dari Kulonprogo adalah terdapat seorang dalang yang sangat mumpuni dalam memainkan wayang, yaitu Ki Hadi Sugito.
Ki Hadi Sugito adalah seorang dalang yang berasal dari Toyan, Wates, Kulonprogo. Beliau terkenal sebagai dalang yang humoris. Dalam dialognya senantiasa menyelipkan kata-kata khas humor Jawa, baik ketika dalam suasana yang demikian agung seperti suasana pertemuan raja dengan para petingginya, suasana perang, bahkan adegan di kahyangan bisa dibuat bercanda oleh Ki Hadi Sugito. Seperti petikan dialog diatas yang diambil dalam suasana perang antara pendeta Durna dengan Antasena. Dalam dialog tersebut digambarkan Pendeta Durna sedang dihajar oleh Antasena, kemudian Pendeta Durna ditolong oleh Patih Sengkuni. Namun Patih Sengkuni dalam menolong Pendeta Durna bukan dibopong atau digendong melainkan diseret melewati kuburan yang banyak batu nisannya, mengakibatkan kepala Pendeta Durna benjol semua. Kemudian terjadi dialog tersebut dimana dalam dialog tersebut Pendeta Durna mengeluarkan kata umpatan “prek” begitu mendengar penjelasan Patih Sengkuni mengenai sebab musabab Patih Sengkuni menyeret Pendeta Durna melewati kuburan.
Itu salah satu ciri khas Ki Hadi Sugito dalam melakonkan dialog wayang. Kata-kata prek, gambleh, dengkulmu mlocot, dalam pewayangan pasti keluar ketika terjadi dialog antar wayang. Dengan pola mendalang tersebut Ki Hadi Sugit banyak yang mengkritiknya. Banyak yang mengatakan hal tersebut kurang tepat momennya kalau diucapkan khususnya pada saat momen pertemuan Agung di Kraton ataupun pada saat dialog di Kahyangan.Ciri khas lain yang tidak dipunyai oleh dalang yang lainnya adalah seorang Ki Hadi Sugito mampu membikin setiap adegan begitu hidup. Wayang kulit yang hanya berupa lembaran ukiran berbahan kulit, ditangan Ki Hadi Sugito bisa bebitu hidup nuansanya. Dan dialognya tidak kaku sehingga para pendengar ataupun penonton seolah-olah terbawa masuk ke dalam arena yang diperankan oleh wayang itu. Kata-katanya mudah dipahami dan dicerna oleh para penonton yang menontonnya ataupun para pendengar radio.
Kemudian dalam berdialog antar wayang, suara dasar atau suara asli Ki Hadi Sugito tidak tampak sama sekali. Ki Hadi Sugito mampu menghadirkan suara atau vokal yang sangat pas dengan karakter dan bentuk wayang sehingga suasananya semakin hidup. Dengan kata lain, suara antara wayang yang satu dengan yang lain sangat berbeda sesuai karakter wayang tersebut. Misalnya, suara seorang Gareng yang cempreng, atau Bagong yang bibirnya ndower, bisa dihadirkan oleh Ki Hadi Sugito dengan suara yang berbeda, tanpa suara asli Ki Hadi Sugito keluar. Banyak dalang yang lain ketika melakonkan adegan dialog suara dasarnya masih bisa tampak. Rupanya ini merupakan anugerah dari sang Kuasa yang memberi Ki Hadi Sugito dengan kelebihan dalam berolah vokal sehingga mampu mengeluarkan suara yang pas sesuai dengan karakter wayang.Para kawula muda juga menyenangi lakon wayang yang dibawakan oleh Ki Hadi Sugito. Sehingga ada sebuah ungkapan yang menyatakan bahwa Ki Hadi Sugito adalah dalangnya para kawula muda karena yang suka akan pola permainannya rata-rata kawula muda. Sedang untuk golongan tua banyak yang kurang sreg dengan cara mendalang Ki Hadi Sugito.
Saat ini Ki Hadi Sugito telah meninggalkan dunia fana ini menuju kealam kelanggengan. Namun jasa-jasanya dalam jagad pewayangan akan senantiasa dikenang baik itu oleh yang pro ataupun kontra dalam jagad pedhalangan. Ki Hadi Sugito adalah salah seorang pelopor yang membuat anak muda bisa menyenangi akan wayang dengan kekhasan beliau dalam mendalang.
Termasuk penulis ini, mulai menyenangi wayang berawal mula dari ketidaksengajaan. Sebelumnya sih memang sudah sering dengar wayang terutama kalau pas tidur ditempat eyang... pasti yang didengarkan wayang. Namun belum ngeh waktu itu, mungkin belum dapat soulnya kali ya... dikatakan tidak sengaja karena pada waktu itu lagi belajar untuk menghadapi ulangan... dengan sistem SKS (sistem kebut semalam). Pas lagi putar-putar tuner radio untuk mencari lagu yang enak, malah ketemu acara wayang yang sedang dalam dialog goro-goro. Pas didengerin kok lucu, dan bahasanya juga bisa dipahami asyiik juga nih. Timbul kemudian rasa ingin tahu siapa dalang yang memainkan wayang tersebut. Biasanya pas selingan iklan ada suatu penghantar dari operator yang menyebutkan judul lakon yang dimainkan dan siapa dalangnya. Ketika operator menyebutkan siapa dalangnya ternyata dalangnya adalah Ki Hadi Sugito. Sejak itulah kemudian senantiasa mengikuti terus cerita wayang, terutama yang dimainkan oleh Ki Hadi Sugito.
Memang awalnya juga kesulitan mengikuti alur cerita maupun memahami isi cerita yang disampaikan. Namun lama kelamaan akhirnya bisa juga memahami maupun mengikut alur cerita wayang yang didengarkan. Bahkan setiap ada pertunjukkan wayang dengan dalang Ki Hadi Sugito selalu menontonnya. Ada juga kenangan yang tidak terlupa, yaitu ketika nonton pertunjukkan Ki Hadi Sugito di depan Gedung BI dalam rangka peresmian gedung baru. Ketika sudah sampai di lokasi pertunjukkan tempat duduk sudah penuh semua baik yang di depan ataupun di belakang layar. Karena keadaan memaksa akhirnya duduk bareng bersama wiyaga (tukang tabuh gamelan) alias duduk di panggung pertunjukkan. Sebenarnya agak khawatir juga duduk di panggung takut di usir oleh satpam, tapi akhirnya kekhawatiran itu hilang karena tidak diusir oleh satpam, bahkan malah bisa makan enak bareng wiyaganya. Padahal penonton yang lain tidak mendapatkan snack , hanya khusus untuk tamu VIP sama dalang dan wiyaga.
Itulah sedikit gambaran tentang Ki Hadi Sugito dalang kondang yang berasal dari Toyan, Kulonprogo. Semoga tulisan ini bisa mengingatkan kembali akan kehebatan Ki Hadi Sugito.
pertama nich..
ReplyDeletetrekk..tekk//tek///sayang aku gak gitu ngerti bahasa jawa. padahal seru lho nonton wayang
ReplyDeleteweih kalo di saya yang terkenal dalangnya ki Enthus Susmono mas... hehehe
ReplyDeletewah thanks neh share tentang dalng dari toyan kulon progo, moga makin lestari dunia wayang di indonesia...
ReplyDeletewah dalang ki haji sugito emang hebat cuy dan setiap dalang memang hebat,, saya salut mereka bisa membedakan suara di setiap tokoh pewayangan dan tidak saya tidak pernah melohat ada kesalahan..
ReplyDeletemantab deh
@ayel....siiip...
ReplyDelete@sang cerpenis..betuul sekali....mbak..
@achen...yoiii...bro...setiap daerah...pasti ada yang terkenal..
@buwel...amieen..
@blogdunia...yups....mantaps..sekali..
Ada hubungan gak ki Hadi Sugito dengan Dalang terkenal yang juga sudah almarhum kembaran Gito Gati? Kalo gak salah mereka berasal dari Pajangan, Sleman.
ReplyDeleteaku juga punya tetangga dalang hebat, tapi ga deket2 banget sih rumahnya. dalang ki manteb sudarsono.....
ReplyDeleteselamat malam mas,..apa kabar ?
ReplyDeletelama gak berkujung ke sini.
dalag...golek ya ?? hemmm,..kayanya jaman dulu suka ikut2n nonton di tivi tapi udah lamaaaaaa bgt ya
@kang seno.....akhirnya kang seno muncul kembali...he..he..betul kang, gito gati berasal dari sleman, tapi nggak ada hubungannya...kalo ada sama-sama pekerja seni..
ReplyDelete@richoyul...yups...terkenal dengan dalang setan karena sabetan wayangnya yang top abis..
@senja....alhamdulillah baik senja...sekarang sudah jarang yang di tivi..paling banter yang ada di TV daerah...
selamat jalan
ReplyDeletesmoga mendaptkan tempat disina
amien
saya ikut berduka atas meninggalnya beliau
ReplyDeletesmoga amal ibadahnya diterima
amien
wah jarang2 nih yang kaya ginian..
ReplyDeletelama2 jadi dalang nih..
wah gak pernah nonton wayang...
ReplyDeletepaling mentok cuma dengerin dari kaset aja...
ngerti sih critanya dikit2....
@darahbiroe & antok...Amieen..
ReplyDelete@blog Ijo...walah...iso2 wae sampeyan om...gimana G-tribenya..
@Rahad 2 six..he..he...kalo sampeyan di jogja coba dengerin radio GCD fm..om
assalamualaikum..
ReplyDeletesama, mas fajar. sy dh lama ga berkunjung..
semoga kita sehat-sehat
salam
oooh tentang dalang yaaa
ReplyDeletenambah pengetahuan saya neh thanks
dpt ilmu nih dr sini, thnks ya..
ReplyDeleteSirah kok di adu to kang kang.lak remek kabeh endase engko
ReplyDeletedari sini bisa lebih mengenal jogja dan orang2 menarik di dalamnya..
ReplyDeletethx infonya..
“Wong edan, pancen kurang ajar tenan sampeyan di Cuni, sirah je di adu karo maijan, yo benjot kabeh sirahku”
ReplyDeletekang baca tulisan di atas waktu pertama kali masuk kaget hahahha
aq juga orang jawa jadi tau...
salam sukses kang....
excited berada di blog ini,
ReplyDeletesalam kenal
@neng rara...amieen...mbak..
ReplyDelete@agung aritanto & penghuni 60...walah...kok bisa om..
@tomo...wkkk...wkkk.....ya koyono om ...yen Ki hadi sugito mayang..
@tukang colong...matur nuwun telah mampir...om
@daniel..sama-sama om...
inalilhahhi
ReplyDeleteweh kita kehilangan salah satu dalang handal
dallang nyugja ya mas?
ReplyDeletemaaf kalo dalang jogja ngak begitu apal mas
teims infonya
semoga beliau diterima disisi NYA bos
aku pernah tuh menonton pertnjukan wayang kulit. tapi belom tengah malam sudah gak kuat karena ngantuk. juga ada kendala bahasa... karena yang dipake bahasa jawa halus... aku gak ngerti. jadinya ngantuknya yang menang.
ReplyDeleteDalang... harusnya di Indonesia banyak sekolah dalang ya
kalo perlu dikasi beasiswa bagi anak anak yang berminat jadi dalang
@soewoeng.....yups..
ReplyDelete@yoii...om...betul...sekali..
@elsa....he..he...he....godaan nonton wayang memang kantuk mbak...