Pagi
Saat sang Mentari telah menampakkan cahayanya, terdengar tangis sang bayi yang baru lahir. Sang bayi tampak masih merah, ibarat semburat cahaya sang mentari di pagi hari. Dalam pelukan ibunya..sang bayi terasa damai dalam alam mimpinya. Perlahan namun pasti Sang Mentari mulai naik ke angkasa, demikian pula halnya dengan sang bayi perlahan mulai beranjak dari pangkuan ibunya. Semakin tinggi pergerakan sang Mentari semakin lincah pula pergerakan sang bayi. Dari awal mula sang bayi hanya bisa menangis, kemudian dia bisa berbicara, sampai akhirnya ketika sang mentari sudah mendekati singgasananya sang bayi sudah pandai berjalan.
Siang
Sang Mentari dalam perjalanannya telah sampai pada singgasana tertingginya, demikian pula halnya dengan sang bayi yang dulunya hanya bisa menangis, hanya bisa merengek, hanya bisa merajuk, sekarang sang bayi telah tumbuh dewasa. Badan kelihatan tegap, tangan terlihat kekar seolah-olah akan meraih semua yang ada dihadapannya. Sang bayi yang kini telah menjadi dewasa dengan segala godaan-godaan yang senantiasa menerpa dirinya, akankah dia bisa bertahan ataukah dia akan goyah menghadapi terpaan godaan-godaan kehidupan yang hanya sementara ini. Bagaikan sebuah pohon menjulang tinggi, yang senantiasa mendapatkan terpaan angin baik angin biasa atau angin yang besar, namun tetap kokoh berdiri dipijakannya ataukah akan terpuruk dalam sapuan angin.
Senja
Akhrinya Sang Mentari perlahan namun pasti mulai turun dari singgasananya, dan cahayanya mulai meredup. Sang Anak Manusia yang telah mengalami akan pasang surutnya kehidupan kembali merapat menuju ketepian. Tubuh indahnya yang dulu dibanggakan mulai melemah, tulang-tulang penyangga tubuh sudah mulai rapuh tidak mampu lagi menahan beban tubuh yang dulu kelihatan kekar, rambutpun mulai menampakkan sinar putihnya, dua bola mata yang dulunya tampak bersinar kini mulai redup tak mampu memandang dengan jelas, saat ini yang tersisa hanyalah kekuatan doa. Kesadaran diri untuk segera menyambut datangnya malam.
Malam
Sang Mentari telah kembali ke peraduannya, menutup senja dengan kegelapan. Lampu-lampu kehidupan telah dinyalakan untuk menerangi kegelapan. Seiring dengan itu, sang anak manusia kembali pulang menuju ke alam keabadian. Akankah dalam perjalanannya sang anak manusia membawa pelita dalam hidupnya sebagai cahaya yang menerangi jalan menuju kepulangannya ataukah sang anak tetap dalam kegelapan ketika menuju ke rumahnya yaitu ke alam keabadian. Hanya sang anak sendiri yang tahu.
"Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali". (Al Baqarah: 156)
Saat sang Mentari telah menampakkan cahayanya, terdengar tangis sang bayi yang baru lahir. Sang bayi tampak masih merah, ibarat semburat cahaya sang mentari di pagi hari. Dalam pelukan ibunya..sang bayi terasa damai dalam alam mimpinya. Perlahan namun pasti Sang Mentari mulai naik ke angkasa, demikian pula halnya dengan sang bayi perlahan mulai beranjak dari pangkuan ibunya. Semakin tinggi pergerakan sang Mentari semakin lincah pula pergerakan sang bayi. Dari awal mula sang bayi hanya bisa menangis, kemudian dia bisa berbicara, sampai akhirnya ketika sang mentari sudah mendekati singgasananya sang bayi sudah pandai berjalan.
Siang
Sang Mentari dalam perjalanannya telah sampai pada singgasana tertingginya, demikian pula halnya dengan sang bayi yang dulunya hanya bisa menangis, hanya bisa merengek, hanya bisa merajuk, sekarang sang bayi telah tumbuh dewasa. Badan kelihatan tegap, tangan terlihat kekar seolah-olah akan meraih semua yang ada dihadapannya. Sang bayi yang kini telah menjadi dewasa dengan segala godaan-godaan yang senantiasa menerpa dirinya, akankah dia bisa bertahan ataukah dia akan goyah menghadapi terpaan godaan-godaan kehidupan yang hanya sementara ini. Bagaikan sebuah pohon menjulang tinggi, yang senantiasa mendapatkan terpaan angin baik angin biasa atau angin yang besar, namun tetap kokoh berdiri dipijakannya ataukah akan terpuruk dalam sapuan angin.
Senja
Akhrinya Sang Mentari perlahan namun pasti mulai turun dari singgasananya, dan cahayanya mulai meredup. Sang Anak Manusia yang telah mengalami akan pasang surutnya kehidupan kembali merapat menuju ketepian. Tubuh indahnya yang dulu dibanggakan mulai melemah, tulang-tulang penyangga tubuh sudah mulai rapuh tidak mampu lagi menahan beban tubuh yang dulu kelihatan kekar, rambutpun mulai menampakkan sinar putihnya, dua bola mata yang dulunya tampak bersinar kini mulai redup tak mampu memandang dengan jelas, saat ini yang tersisa hanyalah kekuatan doa. Kesadaran diri untuk segera menyambut datangnya malam.
Malam
Sang Mentari telah kembali ke peraduannya, menutup senja dengan kegelapan. Lampu-lampu kehidupan telah dinyalakan untuk menerangi kegelapan. Seiring dengan itu, sang anak manusia kembali pulang menuju ke alam keabadian. Akankah dalam perjalanannya sang anak manusia membawa pelita dalam hidupnya sebagai cahaya yang menerangi jalan menuju kepulangannya ataukah sang anak tetap dalam kegelapan ketika menuju ke rumahnya yaitu ke alam keabadian. Hanya sang anak sendiri yang tahu.
"Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali". (Al Baqarah: 156)
Subhanallah....
ReplyDeletesebuah perjalanan kehidupan yang sangat apik dianalogikan menjadi satu hari...dan memang kita memang hakikatnya hanya sehari di dunia ini....subhanallah....
ini perjalanan hidup manusia, dari terbit sampai terbenam
ReplyDeletewah...aku pertamax...horeeee.....
ReplyDeleteprosa yg manis sekali nih
ReplyDeletesubhanallah perjalanan kehidupan manusia yg direfleksikan dgn perumpamaan waktu ^^
ReplyDeletebgs bgt mas,mksh ya...
jadi inget begitu cepatnya waktu berlalu di dunia yang fana ini, nice post!!
ReplyDeleteSebuah perjalanan kehidupan...
ReplyDeletekehidupan ini begitu singkat seperti hanya satu hari
ReplyDeleteternyata hidup itu singkat banget yaaa
ReplyDeletesebuah perjalanan sang mentari dlam menyinari bumi ini
ReplyDeletemaha besar allah dengan segala kekuasaanya...
@alreza....trimatra, Agung, Santet....betul...ternyata perjalanan hidup begitu singkat...
ReplyDelete@Cerita tugu...sekedar mampir ngombe...
@senja,dan sang cerpenis...hanya mencoba menuliskan sebuah perjalanan yang tidak pernah kita sadari...selaku manusia..
@Rock...perjalanan yang tak panjang...
Waktu akan terus berjalan.tiada tersa makin cepat saja
ReplyDeletedari pagi sampai malam sudahkah kita berbuat kebajikan untuk kehidupan kelak di akhirat.pesan yang bagus sob
ReplyDeleteHidup itu bener2 singkat ya... jadi kenapa masih menyia-nyikan sisa hidup ya aku... :(
ReplyDeleteSubhanallah!
ReplyDeletePenggambaran kehidupan yang harus kita jalani dan bertanggungjawab atas perilaku kita kepadaNYA!
ReplyDeletesalam sobat
ReplyDeletesaya juga ingin bagai sang mentari,,walaupun siang ,senja, malam selalu dilaluinya dengan ihklas dan bersyukur.
mantab bener! dan sayah suka... sip
ReplyDeletesubhanalloh...
ReplyDeleteentry yang bagus. saya suka :)
ReplyDelete@tomo, uswah, brencia kerens, nuansa pena,achen, buwel, sibaho..mencoba mengingatkan diri ini....yang senantiasa lupa...akan betapa singkatnya hidup ini
ReplyDelete@mbak nura...amien....mudah-mudahan bisa tercapai..mbak..
Subhanallah... postingan fajar kali ini begitu dalam dan membuat saya sadar, betapa pendeknya waktu kita untuk merasakan hidup di dunia. Apa yg sudah saya persiapkan untuk perjalanan abadi nanti?
ReplyDeletehikz hikz
ReplyDeleteaku gag bisa berkata apa apah sob
:)
aku suka suasana
ReplyDeletepagi
sepi dari kebisingan aktifitas manusia
dan udara segarrr
Mantap bgt deh... kalo aku pnya jempol seratus aku acungin smua,
ReplyDelete:)
pa kbr sob?
lama tak berkunjung kesini...
I'm back again!
Speechless.. Subhanallah
ReplyDeleteAnalogi yang sangat bagus, mas..
ReplyDeletemembuat kita berpikir kembali tentang hakikat kehidupan :)
@kang sugeng,darahbiru,ajeng, blog inspirasi,...ketika semua begitu cepat berlalu...
ReplyDelete@penghuni 60...welkambek..sob..
@lukman...segera menuju ke lokasi...
salam sobat
ReplyDeleteberkunjung kembali..
mau membaca sang mentari,,
lengkap banget cerittanya dari pagi ampe malem..
ReplyDelete:)
Mas, mampir ya... :-)
ReplyDeleteberkunjung...
ReplyDeleteKalau siang gunakan untuk bekerja.tapi kalau malam gunakan untuk istirahat dan beribadah salat malam
ReplyDeletewaktu cepat berlalu sob.sabar dan tawakal kuncinya
ReplyDeleteWah tak kira tulisan khususon buat saya ternyata perjalan hidup..............wah sekarang baru sadar kalo aku dah tua..........nyari bojo sek Om
ReplyDeleteperjalanan hidup nih.
ReplyDeleteternyata hidup itu tidak selalu berada di atas dan di bawah
hidup itu indah...
ReplyDeleteTak terasa ya waktu begitu cepat berlalu seiring dengan terbenamnya sang mentari.
ReplyDeleteSalam hangat selalu mas :)
Sang mentari telah datang hari ini.met aktivitas kembali kawan
ReplyDeleteMentari telah datang met aktivitas
ReplyDeleteSiang dan malam cepat berlalu.
ReplyDeleteSangat gak terasa...
Moga aja esok hari mentari masih mau menampakkan wajahnya :)
ya semuanya milik Allah
ReplyDeletekita hanya pinjam, sewa... hak guna, bukan hak milik
bahkan orang orang tercinta di sekitar kita, juga hanya pinjaman
wis jelas nggone gusti allah, artinya 'gak usah dipikir lagi' LOL
ReplyDeleteNginjen sithik...., ketika mentari terlelap bertabur mimpi....
ReplyDelete