Gotong royong sebuah nilai kearifan lokal. Indonesia sebagai sebuah negara yang dulu terkenal dengan budaya ketimuran dan nilai-nilai kearifan lokalnya saat ini perlahan namun pasti nilai-nilai kearifan lokal dan budaya budaya ketimuran sudah mulai ditinggalkan. Kepentingan komunal yang dulu sebagai sandaran hidup bersama di suatu daerah telah berganti menjadi nilai-nilai individual. Hilangnya nilai-nilai tersebut saat ini tidak hanya terjadi di perkotaan saja yang memang secara notabene adalah sebagai pusat arus modernisasi yang begitu kencang, melainkan juga terjadi di desa-desa. Nilai-nilai kearifan lokal atau local wisdom semakin ditinggalkan bahkan kalau boleh dikatakan telah hilang di tengah masyarakat pedesaan.
Derasnya arus modernisasi diberbagai bidang telah membawa dampak perubahan yang cukup signifikan terutama terkait dengan rasa kebersamaan, kegotongroyongan berubah menjadi rasa individualistik. Sikap cuek, acuh terhadap lingkungan sekitarnya semakin menonjol di setiap individu. Harmonisasi kehidupan bermasyarakat telah berubah dan sikap saling menghormati telah ditinggalkan. Kekuatan hubungan kekerabatan antar warganya saat ini telah melemah seiring dengan derasnya arus informasi dan teknologi sebagai imbas dari sebuah modernisasi.
Imbas dari hilangnya nilai-nilai kearifan lokal dan budaya ketimuran misalnya yang paling mudah adalah banyaknya terjadi kerusuhan antar etnis di berbagai daerah di negeri ini, bahkan sesama etnis bisa menjadi perang lokal hanya disebabkan oleh sebuah persoalan sepele. Tidak hanya itu saja semakin lunturnya nilai-nilai budaya lokal di kalangan remaja negeri ini, bahkan yang lebih menyedihkan lagi adalah para remaja negeri ini tidak lagi bisa mengenali budaya negerinya, mereka lebih paham akan budaya barat yang serba individualistik. Kemudian imbas yang lain adalah memudarnya semangat gotong royong di setiap elemen masyarakat, bahkan nilai-nilai kegotongroyongan ini bisa digantikan dengan sebuah nilai yang bernama uang. Cukup dengan membayar sekian rupiah maka berarti sudah bebas dari kewajiban untuk ikut bergotong royong. Padahal dengan gotong royong akan menambah dan mempererat nilai-nilai kebersamaan dalam elemen masyarakat. Namun karena nilai-nilai individual saat ini telah menguasai setiap elemen masyarakat maka gotong royong sebagai sebuah nilai kearifan lokal turut menghilang seiring dengan kemajuan zaman.
aku udah jarang kerjabakti hehehe
ReplyDeletekalo datang jung paling belakangan
*dikeplak pak RT*
wah mesti iki ngepluk le tangi..he.he.he..
Deletesekarang udah susah ya mencari orang yg mau gotong royong. apalagi di kota2 besar
ReplyDeletejangan di kota besar mbak..di desa pun saat ini kegotongroyongan sudah mulai sirna..
Deletedi kampungku kerja bakti cuma dilakukan dua kali..
ReplyDeletesebelum peringatan 17an sama sebelum memasuki bulan puasa...hehe
yang kerja bakti bulanan sudah tidak ada lagi :(
sebenarnya untuk kuantitas..tidak masalah om..yang penting kualitas..mau bergotong royongnya...
Deletewarisan leluhur yang sudah mulai luntur,
ReplyDeletekondisi perekonomian mungkin menjadi penyebabnya
harga sembako pada mahal, nyari uang juga semakin pahit apalagi kalo liat sedulur yang bertani dan berkebun; pupuknya mahal nanti kalau panen kadang harga jualnya pas2 an :(
saya rasa bukan persoalan ekonomi..om..karena arus modernisasi yang begitu kuat... menerpa..negeri ini..
DeleteIya neh Mas, saya juga jarang kerja bakti gotong royong, pernah kalo ada instruksi rt, katanya perintah dari lurah...
ReplyDeletewkk.wkk.. atas petunjuk bapak lurah nggih..he.he.e..
DeleteAlhamdulillah, desa saya masih sering gotong royong!
ReplyDeletenah kui om...
ReplyDeletegara gara keasikan gotong royong gotong gotongan di rumah
sampe ga buka email
sori om, udah di jakarta ki...
jiakkkakkk..kakk... he.he.he.. pantesan.. ini kok ndak ada balesan..ternyata gotong eyong..tho..wkkw..kw...
Deleteditempatku masih ada hlo kerja bakti semua rukun saling bantu
ReplyDeletemantaps....
Deletegotong royong memang ciri khas nya bangsa indonesia.
ReplyDeleteTapi sekarang udah mulai pudar, karena anak remaja skarang sdah pada niru budaya barat.
betul sekali...om..
Deletesekarang memang jaman individualitis, padahal manusia juga mahluk sosial loh
ReplyDeleteiya.. semua gara..gara nilai hedonism
DeleteDikampung saya beberapa terakhir sedang bergotong royong membenahi pemakaman umum mas, bukan cuma bekerja secara gotong royong, pendanaan juga digotong royong
ReplyDeletemantaps om..citro.. sak iyeg sak eko projo
ReplyDeletesemoga saya nilai-nilai budaya ketimuran kita bisa di majukan lagi ya sob, biar hidup terasa lebih harmonis gitu :D
ReplyDeletebetul om. mari kita kembali kepada nilai-nilai kearifan lokal
DeleteBetul mas, terutama diperumahan2 ronda malam dan kerja bakti bisa digantikan dengan uang. Gak tau mau bagaimana jadinya nanti negara kita jika sifat kegotong royongan masyarakat kita sudah hilang.
ReplyDeleteMaaf sob baru sempet mampir hehehe...
yach..akhirnya jurang antara si kaya dan si miskin semakin lebar....
DeleteEh kok pada manggil Om yah... ikutan aaah^^
ReplyDeleteJadi Ommm, kata gotongroyong itu terakhir saya dengar pas SMA pelajaran PPKN. nah banyak bgt noh disana, sekarang udah jarang bgt...
nah itulah.. ketika pola pendidikan yang mengajarkan tentang nilai-nilai kearifan lokal semakin hilang dari peredaran..
Deletekyknya udah langka bgt ya yg namanya gotong royong, paling gak di tempat sy :(
ReplyDeletejangankan ditempat njenengan..kayaknya hampir mayoritas.. nilai-nilai gotong royong.sudah tergantikaan...
Deletewadoh...tampilan baru nih. oren euuuy :D
ReplyDeletegotong ryong mah sulit di jaman individu spt skrg...gotong royong ngabisin makanan baru meraja lela ya mas hehe
yoi...mbak..yang penting..makan..he.he... wah ini udah agak lama..mbak...tampilan orange..nya..
DeleteNama belakang mu sama kayak saya sob :D
ReplyDeletewah kok bisa ya..he.he..
Delete