Nilai-nilai hedonisme menjadi panglima tertinggi dalam kehidupan manusia dewasa ini. Keberadaan dan eksistensi kehidupan manusia didasarkan pada materi belaka. Bahkan tidak hanya berdasarkan pada nilai materi saja, status sosial juga didasarkan pada kepangkatan dan kedudukan seseorang dalam suatu instansi entah itu instansi milik negara ataupun swasta. Toko emas berjalanpun saat ini berada dimana-mana, showroom kendaraan berseliweran di jalan raya. Semua itu semata-mata hanya untuk menunjukkan jatidiri-jatidiri semu. Bahkan untuk memperoleh itu semua para manusia rela melakukan penyerobotan uang milik masyarakat dengan berbagai modusnya, menyikut teman sejawat, menjulurkan lidah kepada atasan agar pangkatnya cepat naik. Kala nilai-nilai hedonisme telah menguasai jiwa para manusia.
Namun, tidak semua manusia berjiwa seperti itu, ada sebuah cerita tentang kesederhanaan anak perwira tinggi TNI.
Cerita ini didasarkan dari sebuah obrolan di pagi hari di sebuah bengkel. Berawal mula membahas tentang bagaimana perawatan mobil yang baik dan benar akhirnya merembet bercerita bagaimana seorang anak perwira tinggi TNI merawat mobilnya. Kebetulan yang bercerita ini adalah tetangga dekat anak tersebut. Beliau menceritakan bahwa anak tersebut hanya hidup dengan pembantunya, sedangkan orang tuanya sering berpindah-pindah dalam tugas karena tuntutan dinas. Sama orang tuanya, anak tersebut dibelikan sebuah mobil sejenis city car. Orang tuanya berpesan agar mobil tersebut dirawat dengan baik dan dipakai apabila memang harus menggunakan mobil. Menurut yang empunya cerita mobil yang dibelikan oleh ayahnya tersebut benar-benar dirawat dengan baik oleh anaknya. Bahkan bisa dikatakan tidak mengenal waktu dalam melakukan perawatan mobil. Biasanya kalau orang lain pulang kemalaman, persoalan mencuci mobil dilakukan keesokan harinya, namun anak ini berbeda, meskipun tengah malam anak tersebut langsung mencuci mobilnya tersebut. Pokoknya sebelum masuk garasi mobil harus dalam keadaan bersih dan itupun dicuci sendiri tanpa meminta tolong pembantunya. Dan kebutuhan memakai mobil hanya dilakukan ketika memang mengharuskan memakai mobil. Kalau dipikir kejadian tersebut suatu hal yang langka sekelas anak perwira tinggi begitu perhatian dalam merawat kekayaan keluarga, apalagi di zaman sekarang dimana anak hanya bisa menyuruh kepada pembantunya, padahal semua itu bisa dilakukan sendiri.
Semuanya itu bisa terwujud karena latihan disiplin dari orang tuanya, apalagi orang tuanya merupakan perwira tinggi dari kalangan TNI yang penuh dengan kedisiplinan dan keteraturan. Selain itu pula, karena orang tuanya sadar tidak bisa mengawasi secara langsung maka dalam melakukan pengawasan kepada anaknya, maka orang tuanya mendidik anaknya dengan kedisiplinan sejak kecil, selain itu agar sang anak tidak menyalahgunakan anggaran kebutuhan sehari-hari, mereka memberikan tugas kepada anaknya untuk membuat laporan keuangan di setiap bulannya. Baik itu untuk kebutuhan hidup sehari-hari, kebutuhan perawatan dan bbm mobil, kuliah dan lain-lain. Dari catatan keuangan setiap bulan itu secara langsung orang tuanya bisa mengawasi semua kehidupan anaknya. Misalnya jatah bbm untuk mobil perbulan di jatah 500 ribu, namun pas di laporan keuangan ternyata melebihi 500 ribu maka orang tua anak tersebut akan mengaudit kondisi keuangan anaknya itu. Karena dengan memantau kondisi keuangan per bulannya maka secara tidak langsung akan terdeteksi semua kegiatan anaknya. Hal itu dilakukan agar anaknya tidak terjerumus dalam pergaulan bebas. Itu sebagai wujud pengawasan tidak langsung.
Meskipun orangtuanya adalah anak perwira tinggi, namun anaknya tetap santun kepada tetangga sekitarnya, kepada siapapun. Dia tidak pernah menonjolkan kekuatan pangkat orangtuanya. Bahkan kalau pas lagi santai dia hanya bercelana pendek biasa dan kaos oblongan biasa, tidak menampakkan dirinya kalau dirinya adalah anak dari seorang perwira Tinggi TNI. Itulah kesederhanaan seorang anak Perwira Tinggi TNI.
memberikan + di blog sobat ,,,, ijin nyimak postingan sobat,,,,,,,,,,
ReplyDeletenice share sobat and happy blogging sobat
matur nuwun plus..plusnya..om..
DeleteJarang2 jaman sekarang ada anak kayak gitu ya sob, biasanya kalo anak pejabat ceritanya pasti, bapak ane, paman ane, bakap ane hahaha...
ReplyDeleteThanks saringnya sob, diberandaku sudah hadir blog sobat hehehe...
betul..om.. yang penting.. bokap.. paman..ato siapalah..
Deletesyukurlah yen sudah bisa tampil di beranda..
alhamdulillah ya masih ada keluarga perwira tinggi yang masih bisa bersikap santun dan hidup sederhana :)
ReplyDeleteiya om...
Deleteternyata masih ada ya, kadang cuman anak lurah saja dah pecicilan hehe
ReplyDeletebuah jatuh tidak jauh dari pohonnya :)
makasih sharenya kangmas,
kemarin si komeng njenengan nyasar di spam blogger hihihi
tul sekali om..kadang sing pangkate nanggung malah do pecicilan lan byayakan..he.eh.eh..
Deleteealah...kok bisa masuk ke spam je....
keren ya anak perwira TNI itu. Dia ingin dikenal sebagai dirinya, bukan karena orangtuanya :)
DeleteOia, sob Fajar, sobat dapat pe-er dari saya, heheh. Segera kunjungi blog (baru) saya ya :D
ok..om
Deleteiya..pak dhe is.. kalau melihat ceritanya..anak tersebut bukan karena terpaksa melainkan karena terbiasa... sehingga apa yang dia kerjakan menjadi hal yang ringan bukan sebagai suatu beban...
ReplyDeleteWah salut ama anak perwira tinggi itu, Moga bisa terteladani neh
ReplyDeletesemoga..om...
Deletekunjungan gan .,.
ReplyDeletebagi" motivasi
keberuntungan selalu menghampri kita
hanya saja kita yg trkdng tdk brfkir demikian.,.
si tunggu kunjungan baliknya gan.,